Sudah lama saya memiliki ide untuk menulis antologi sastra geografi. Daripada hilang tak berbekas, malam ini saya coba tulis satu karya dulu. 

Mudah-mudahan suatu saat bisa terkumpul jadi satu buku. Guru Geografi harus pandai mendeskripsikan fenomena dalam ruang dalam bentuk tulisan atau media lain.

Gaya tulisan geograf bisa bermacam-macam dan bernilai sastra. Seperti malam ini saya mencoba menulis sesuatu untuk sahabat saya telah pergi meninggalkan ruang bumi menuju ruang lain yang tak bisa kita gapai dengan panca indra.

MALAM di KOTA ANGIN

Dingin
Kurasa udara itu meresap ke bawah lapisan kulit
Lalu membentur tulang hingga persendian
Malam ini gelap pekat
Di atas zenith hanya kumpulan awan menutupi langit
Tak nampak kedipan bintang apalagi bulan
Yang ada hanya temaram lampu jalan 
Kuambil gelas teh yang masih mengepulkan uap panas
Untuk menemani hingga batas peralihan hari
Hujan sore hari membuat malam ini semakin redup
Hilir mudik aktifitas manusia berkurang
Memilih menepi sejenak di ruang pribadi untuk menikmati kesunyian
Tak seperti malam biasanya yang penuh hiruk pikuk
Angin seolah mengalah terhadap dingin
Di kota angin tak terdengar bisikan udara
Seketika teringat sesosok dia yang pernah menemani 
Beropini di tengah kepulan asap rokok dan keruhnya kopi
Namun kini dia tinggal sebuah cerita
Di dunia dia tak bersuara seperti sunyi malam ini
Ada batas ruang yang telah berganti
Tak ada yang abadi di ruang bumi
Seperti dingin malam ini 
Akan bersiap menyambut hangatnya fajar
Membawa kebahagiaan bagi semua mahluk
Teruntuk malam 
Sampaikan salamku untuk sahabatku di ruang sana
Kami disini merindukannya

ANTOLOGI SASTRA GEOGRAFI AGNAS SETIAWAN
Majalengka 8 Oktober 2022, jam 9 malam