Kota adalah sebuah jaringan sistem kehidupan yang kompleks sekali. Dalam perkembangannya, kota semakin menyebar dan tumbuh di berbagai wilayah.

Kota bisa dibilang sebagai evolusi dari desa. Kini kota bisa dibangun dalam hitungan tahun dengan kecanggihan teknologi dan ilmu perencanaan wilayah.

Kota dapat dilihat karaterisitknya berdasarkan aspek fisik dan sosialnya. Bintarto menjelaskan ciri fisik dan sosial kota sebagai berikut:

Ciri Fisik Kota 
1. Tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan
Sebuah kota pastinya memiliki pasar baik itu pasar tradisional maupun modern sebagai tempat untuk bertransaksi kebutuhan hidup. Pasar-pasar tradisional biasanya menyediakan kebutuhan sandang dan pangan. 

Sekarang ini pasar modern seperti mall dan supermarket dengan berbagai konsep lain mulai menjamur. Masyarakat semakin mudah untuk mencari barang kebutuhan di pasar dan supermarket.

2. Tempat-tempat untuk parkir
Kota identik dengan kepadatan lalu lintas kendaraan penduduknya sehingga pemerintah kota dan para pelaku usaha pasti akan menyediakan lahan-lahan parkir untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Lahan-lahan parkir kini ada yang dibuat underground atau bawah tanah dan tingkat untuk mengatasi keterbatasan lahan.

3. Tempat untuk rekreasi dan olahraga
Olahraga dan hiburan adalah kebutuhan masyarakat kota yang super sibuk. Kota-kota kini banyak menyediakan ruang terbuka publik untuk tempat berkumpul, melepas penat di akhir pekan terutama.

Kehadiran tempat-tempat umum ini menjadi sarana sosial masyarakat kota. Dalam UU Tata Ruang sendiri luas lahan terbuka hijau ideal adalah 30% dari total luas wilayah kota.
Trotoar di salah satu sudut kota Bandung

Ciri Sosial Kota
1. Perlapisan sosial ekonomi
Dalam kehidupan masyarakat kota, terjadi perlapisan ekonomi karena perbedaan tingkat pendapatan masyarakat. Ada yang kelas atas, menengah dan kelas bawah. Hal ini berdampak pada terbentuknya segregasi pemukiman.

Orang-orang kaya akan cenderung punya rumah mewah di pusat kota, sementara kaum menengah akan mencari hunian di pinggiran kota ini. Kaum kelas bawah akan membuat pemukiman di pinggiran sungai, rel yang semi permanen.

Perlapisan sosial ekonomi ini kadang memercik terjadinya diskriminasi dan nantinya memicu konflik horizontal. antar warga.

2. Sifat individualisme
Masyarakat kota cenderung acuh, berbeda dengan masyarakat desa pada umumnya. Hal ini memang dikarenakan spesialisasi pekerjaannya pun banyak yang bersifat individual tak seperti di desa.

Rumah-rumah berpagar tinggi sampai tidak terlihat pintu dari luar, hal ini menandakan ekslusifitas penduduknya. Sebenarnya hal ini juga untuk mengantisipasi kejahatan yang marak terjadi di perkotaan.

3. Kurangnya toleransi
Penduduk kota cenderung kurang toleransinya karena merasa mereka bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Selain itu pendidikan yang tinggi kadang membuat ego masyarakat semakin tinggi yang berdampak pada sifat keras kepala yang semakin tinggi.

4. Adanya jarak sosial
Perbedaan pendapatan dan tingkat profesi membuat masyarakat kota akan memiliki jarak sosial. Orang-orang kaya akan cenderung jarang bergaul dengan orang-orang bergaji rendah, begitupun sebaliknya.

Hal ini karena prestige dan rasa canggung dari tiap penduduk itu sendiri sehingga mereka akan memilih teman yang dirasa satu level dengan mereka.

5. Perbedaan menjadi dasar penilaian sosial
Pertentangan banyak terjadi dan heboh di lingkup masyarakat kota. Perbedaan profesi, taraf pendapatan, status sosial menjadi dasar penilaian. Hal ini berdampak pada munculnya kelas-kelas masyarakat.

Ada grup emak-emak SCBD misalnya, itu adalah buah dari penilaian sosial kaum jetset kota. Orang kota lebih sering melihat perbedaan yang nampak daripada persamaan sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang sebenarnya hanya diberikan titipan berupa harta, pekerjaan dan lainnya yang nanti akan kembali kepada penciptaNya itu sendiri.

Image by Bintang from Pixabay