Di jaman sekarang ini kompleksitas hidup semakin tinggi dan sekolah sebagai lembaga pendidikan tentu selalu berbenah untuk menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

Dalam hal karakter, lingkungan siswa mulai dari rumah, teman, keluarga dan tontonan sehari-hari sangat berdampak pada siswa. Contohnya saja saat jadi guru, saya sering tanya kepada anak-anak tentang seberapa besar cita-cita mereka.

Banyak sekali yang menjawab ingin kuliah di perguruan tinggi favorit yang tentu banyak entah itu PTN, PTS atau Luar Negeri.

Namun yang disanyangkan adalah cita-cita setinggi langit tersebut hanya sebatas omongan, sementara usahanya hanya biasa-biasa saja. 

Pengalaman membuktikan bahwa siswa-siswi yang memang gigih, berkarakter, pejuang yang dapat meraih impian masuk ke perguruan tinggi favorit pilihan mereka.

Sementara itu anak-anak yang hanya modal omongan saja, tidak dapat apa-apa. Ingat bahwa peta persaingan kuliah se Indonesia itu ketat sekali. Kita bersaing dengan siswa/i terbaik se nusantara.

Bagaimana jadinya jika kita berkompetisi dengan siswa terbaik tapi usaha kita tidak maksimal. Sejak kelas 10 saya sudah memberikan arahan untuk ikut lomba-lomba OSN, Penelitian dan lainnya untuk tabungan atau bekal ketika daftar kuliah.

Akan tetapi hanya segelintir siswa saja yang minat. Siswa yang bermimpi jauh ingin ke PTN favorit tidak ada motivasi dan misi. Jadi gurunya yang salah dong?. Ya enggak gitu juga lah.

Sekolah di Indonesia itu macam-macam, ada yang hanya nerima yang nilainya tinggi di awal, ada yang berasal dari sekolah favorit sebelumnya dan ada juga yang menerima tanpa tes alias siswa seperti apapun kondisinya masuk.

Perlu proses panjang untuk membentuk kultur pejuang tangguh pada sekolah yang berdifereniasi tinggi. Mungkin guru-guru yang ngajar di sekolah yang sudah saringan muridnya gak bakal merasakan hal tersebut karena inputnya udah bibit unggul.

Jadi masalah ketidaksinkronan antara cita-cita dan perjuangan adalah masalah di kalangan siswa yang saat ini tengah dihadapi, terutama saya sendiri.

Karakter menyepelekan sesuatu masih begitu terasa, dan mereka menyesal pada akhirnya setelah lulus karena tidak mendengarkan nasihat guru dengan baik. Jadi jika cita-cita kita setinggi langit maka usaha juga harus setinggi angkasa. 

Beruntunglah sekolah yang sudah terbentuk karakter, budaya pejuang sejak siswa/i nya berada di kelas 10. Mentalitas tersebut tentu akan terbawa hingga kelas 11, 12 sampai mereka melanjutkan studi dan akhirnya terjun di lingkungan profesi.